Malam itu hujan deras menguyur bumi ciptaan Tuhan ini.
Tetesan air hujan yang jatuh memberi irama pada atap rumahku. Angin yang
berhembus membuat pepohonan dan dedaunan melambai-lambai. Tak kuasa aku menahan
rasa kantuk ini, mata ku sayu ingin segera memasuki alam bawah sadarku.
Terlelap ku dalam keindahan dunia lain yang membawaku ke mimpi yang cukup
membingungkan. Mimpi yang memiliki sejuta teka-teki yang sulit dijawab.
Dalam
mimpi itu aku lihat seekor lalat. Ia berdiri di tepi kolam, kolam yang begitu
besar tergambar seperti lautan yang luas. Matanya amat tajam. Ia memandang jauh
ke seberang. Ia hendak terbang. Adakah kepak sayapnya yang mungil akan tahan
mengarungi luasnya kolam? Tetapi tidak. Ia tampak menaiki kapal. Di atas
sehelai daun, lalat itu berlayar. Angin berembus pelan, tapi ia merasakannya
sebagai badai topan yang bisa menenggelamkan. Betapa luas itu lautan atau
kolam. Ia terombangambing di antara gelombang. Inikah rasanya berlayar? Ia
ingin terbang. Ia ingin terbang. Tapi matanya yang mungil tak mampu melihat
daratan. Betapa jauh daratan diseberang yang akan ia datangi. Aku terbangun
dibuatnya, mulanya aku merasa mimpi itu tidak memiliki arti apa-apa. Akan
tetapi, setelah aku pikir-pikir lagi, ternyata mimpi itu adalah sebuah isyarat
untukku. Laut, kolam serta daratan. Adakah pulau seberang? Mungkin, dan aku pun
mulai yakin, bahwa mimpi itu tentu tak datang sia-sia. Pasti ada yang hendak
disampaikannya. Adakah aku telah ditegur karena telah mengabaikan orang-orang
yang sayang pada ku, aku selama ini dan lebih memikirkan diri ku sendiri, aku
lebih memikirkan keegoisanku. Dan sebagaimana yang aku lihat di dalam mimpi,
tidakkah negeri seberang yang hendak dituju oleh lalat itu menandakan bahwa
mereka telah pergi jauh dari ku? Dan jika memang demikian adanya, bukankah
sebaiknya aku kembali seperti sediakala. Aku harus lebih memperhatikan
orang-orang disekelilingku, orang-orang yang menyayangiku.
Sabtu, 03 Mei 2014
Surat Menyurat
Dalam era informasi ini
kegiatan administrasi semakin komplek disamping berbagai macam peraturan yang
ada dalam kehidupan sosial masyarakat yang juga mempengaruhi perkembangan
pengolahan surat. Kesadaran dan perhatian terhadap surat yang secara informatif
memberikan gambaran mengenai proses administrasi tersebut tampaknya sudah
banyak disadari oleh berbagai instansi pemerintah. Oleh karena itu penciptaan,
penggunaan dan penyampaian surat merupakan hal yang menjadi perhatian dibanyak
kantor atau organisasi yang menjalankan sistem administrasi modern. Surat
merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari proses administrasi dalam suatu
instansi pemerintahan. Surat juga memiliki peranan penting dalam penyampaian
informasi yang tidak langsung, agar komunikasi melalui surat dinilai efektif
maka isi atau maksud surat harus terang dan jelas supaya penerima atau pembaca
tidak menimbulkan salah arti. Mengingat pentingnya surat dalam suatu
pemerintahan maka surat dikelola dengan baik dan benar sesuai dengan fungsi
serta tujuan surat tersebut
Berbagai cara sistem
yang dibuat untuk mengontrol surat bukan hanya untuk mendukung kegiatan
administrasi dan kewajiban, namun juga surat telah dikelola secara efisien.
Ditambah lagi dengan adanya sedikit demi sedikit lingkungan kerja. Dari sistem
perkantoran yang jalan secara manual berubah menjadi sistem otomatis
perkantoran yang bergantung pada penggunaan komputer sebagai alat bantu
manajemen.Tak terlewatkan untuk mendefinisikan apa yang dimaksud surat menyurat
dan komunikasi yang baik dan yang lebih penting, bagaimana melakukannya.
Semuanya bertujuan untuk memahami secara lebih baik bagaimana manusia memahami
dan bertukar gagasan. Dalam penulisan Tata Cara Surat Menyurat Dalam Instansi
Pemerintah. Penulis memberikan syarat dengan cara tertentu yang anda harapkan
agar bisa dipahami dalam menginformasikan suatu masalah. Surat menyurat adalah
suatu kegiatan untuk mengadakan hubungan secara terus menerus antara pihak yang
satu kepada pihak yang lainnya. Dan dilaksanakan dengan saling berkiriman
surat. Kegiatan surat menyurat ini disebut juga dengan istilah lainnya yaitu
korespondensi. Jika hanya sepihak saja yang mengirimkan surat secara terus
menerus tanpa ada balasan atau tanggapan dari pihak lainnya hal ini tidak dapat
dinamakan kegiatan surat menyurat. Setiap kerja perorangan apalagi organisasi
selalu membutuhkan kerja sama dengan pihak lain untuk mencapai tujuannya.
Seperti telah dikatakan bahwa mengadakan hubungan
dengan surat apalagi dalam sebuah organisasi, instansi atau sebuah perusahaan
untuk hal-hal yang tertentu memerlukan persiapan-persiapan yang meliputi :
1. Persiapan
pendiktean atau pengimlaan.
2. Penulisan
steno dan pengetikannya.
3. Kertas-kertas
dan alat-alat tulis.
4. Pengiriman
surat.
5. Pengarsipan.
6. Pemakaian
tenaga kerja manusia seperti juru tik, konseptor, ahli membuat surat dan
sebagainya.
Dengan demikian surat menyurat dalam sebuah
organisasi mempunyai kaitan dengan bidang-bidang kegiatan perkantoran lainnya
yang menyangkut tata usaha. Kegiatan perkantoran yang berhubungan dengan surat
adalah :
Ø Surat
menyurat/korespondensi yaitu bagaimana mengonsep surat yang baik, membuat surat
yang baik dan juga memperbaiki surat.
Ø Pengetikan/typing
yaitu bagaimana mengetik konsep surat yang sebaik-baiknya, sehingga, menjadi
surat yang siap untuk dikirimkan.
Ø Pengurusan
surat/mail handing yaitu bagaimana menangani surat-surat yang masuk dan keluar
yang sebaik-baiknya dengan prosedur yang efektif dan efisien.
Ø Kearsipan/fiking yaitu bagaimana menyimpan dan
menemukan kembali surat atau warkat dengan cepat dan tepat setiap saat
diperlukan menurut sistem tertentu.
Surat menyurat seperti pekerjaan perkantoran
lainnya, merupakan tugas-tugas pokok organisasi, korespondensi atau surat
menyurat merupakan kegiatan staff atau servise staff, tetapi kegiatan surat
menyurat hampir melibatkan seluruh pejabat organisasi. Dengan demikian yang perlu
mengerti surat adalah :
·
Seluruh pejabat atau pegawai baik dalam
organisasi swasta, maupun instansi pemerintah maupun perusahaan.
·
Pejabat staff maupun pejabat lini
terlibat dalam pemeriksaan surat, seperti surat-surat yang dikirimkan keluar
Negeri dari suatu organisasi, konssepnya selalu dibuat oleh pejabat lini sesuai
dengan tugasnya masing-masing.
·
Para pemimpin organisasi atau perusahaan
dalam hal surat-surat tertentu, karena sesuatu alasan terpaksa membuat surat
sendiri.
Sedangkan yang perlu menguasai surat adalah :
·
Koresponden, para ahli pembuat surat
dalam berbagai bahasa dan memeriksa konsep-konsep surat.
·
Para konseptor, pembuat dan pengonsep
surat.
·
Sekretaris, apakah dia sebagai
sekretaris pejabat maupun sekretaris organisasi atau unit organisasi.
·
Juru tik, harus menguasai tehnik
pengetikannya, terutama menguasai bentuk-bentuk surat.
v Setiap
kegiatan yang dilakukan oleh setiap orang atau organisasi pasti mempunyai
tujuan, demikian juga penulisan surat mempunyai tujuan-tujuan tertentu,
diantaranya :
-
Ingin menyampaikan warta atau informasi
kepada pihak lain.
-
Ingin mendapat balasan atau tanggapan
dari penerima atau pihak yang dikirim tentang informasi yang disampaikan
tersebut.
-
Memperlancar arus informasi, sehingga
informasi yang diterima jelas dan tidak salah tanggap.
·
Pada umumnya, pengirim surat
menginginkan dari pembaca surat adalah hal-hal sebagai berikut :
1) Pembaca
atau penerima surat, percaya tentang hal atau masalah yang ditulis.
2) Pembaca
mau menerima pandangan-pandangan, gagasan dan keputusan-keputusan dari
pengirim.
3) Pembaca
membalas surat dan meminta informasi lebih lanjut.
4) Pembaca
memberi penjelasan atau informasi kepada pengirim.
5) Pembaca
memenuhi segala permintaan kita atau pengirim.
6) Pembaca
atau penerima dapat memahami segala pengaduan pengirim.
7) Pembaca
selalu ingin mengadakan komunikasi dan menjadi relasi kita.\
A. Jenis-jenis
Surat
1. Berdasarkan
Sifat Surat
Berdasarkan sifatnya surat dapat digolongkan menjadi
lima jenis yaitu :
a) Surat
Pribadi
Surat pribadi adalah
surat-surat yang bersifat kekeluargaan, surat-surat yang berisi masalah
keluarga, baik tentang kesehatan, keuangan keluarga dan sebagainya.
b) Surat
Dinas Pribadi
Surat dinas pribadi
disebut juga surat setengah resmi adalah surat-surat yang dikirimkan dari
seseorang atau pribadi kepada instansi-instansi, perusahaan-perusahaan, ataupun
jawatan-jawatan.
c) Surat
Dinas Swasta
Surat dinas swasta
disebut juga surat resmi adalah surat-surat yang dibuat oleh instansi-instansi
swasta, yang dikirimkan untuk para karyawannya ataupun untuk para relasinya
atau langganannya atau instansi –instansi lain yang terkait.
d) Surat
Niaga
Surat niaga adalah
surat yang berisi, soal-soal perdagangan yang dibuat oleh perusahaan yang
dikirimkan kepada para langganannya.
e) Surat
Dinas Pemerintah
Surat dinas digunakan
untuk kepentingan pekerjaan formal seperti instansi dinas dan tugas kantor.
Surat ini penting dalam pengelolaan administrasi dalam suatu instansi Fungsi
dari surat dinas yaitu sebagai dokumen bukti tertulis, alat pengingat berkaitan
fungsinya dengan arsip, bukti sejarah atas perkembangan instansi, dan pedoman
kerja dalam bentuk surat keputusan dan surat instruksi
B. Ciri-ciri
surat dinas:
a) Menggunakan
kop surat dan instansi atau lembaga yang bersangkutan
b) Menggunakan
nomor surat, lampiran, dan perihal
c) Menggunakan
salam pembuka dan penutup yang baku
d) Menggunakan
bahasa baku atau ragam resmi
e) Menggunakan
cap atau stempel instansi atau kantor pembuat surat
f) Format
surat tertentu
C. Berdasarkan
Wujud Surat
Penggolongan surat berdasarkan wujudnya dapat dibagi
kedalam tujuh jenis, yaitu :
1) Surat
Yang menggunakan Kartu Pos
Kartu pos adalah blanko
yang dikeluarkan oleh Perum Postel atau instansi lain yang telah diberi izin
Perum Postel untuk mencetaknya asal sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
telah ditetapkan Perum Postel.
2) Warkat
Pos
Warkat pos adalah
sehelai kertas yang telah dicetak dengan memakai lambaga dan petunjuk penulisan
berita, yang dikeluarkan oleh perum postel atau instansi lain yang telah diberi
izin.
3) Surat
Bersampul
Surat bersampul adalah
surat-surat yang isinya atau beritanya ditulis pada kertas lain, kemudian
kertas surat tersebut dimasukkan kedalam sampul atau amplop.
4) Surat
Terbuka dan Surat Tertutup
Surat terbuka adalah
surat-surat yang isinya dapat dibaca oleh umum misalnya, surat dari pembaca
kepada pembaca atau surat yang dikirimkan oleh pembaca untuk pemerintah,
instansi lain, melalui redaksi surat kabar, majalah, tabloid, dan sebagainya.
5) Memorandum
dan Nota
Memorandum adalah salah
satu alat komunikasi berupa surat-surat dilingkungan dinas yang penyampaiannya
tidak resmi dan digunakan secara intern (didalam lingkungan sendiri baik perusahaan
,instansi lainnya). Nota adalah merupakan alat komunikasi kedinasan antara
pejabat dari suatu unit organisasi yang digunakan secara intern dalam
lingkungan sendiri, tetapi bersifat resmi.
6) Telegram
Telegram adalah suatu
alat komunikasi dengan cara menyampaikan berita-berita melalui radio atau
pesawat telegram mengenai sesuatu hal yang perlu segera mendapat penyelesaian
dengan cepat. Isi telegram berupa tulisan-tulisan singkat yang dikirimkan dari
jarak jauh.
7) Surat
Biasa
Surat biasa adalah
surat-surat yang isinya tidak mengandung rahasia walaupun terbaca oleh orang
lain, seperti surat undangan pernikahan atau khitanan, surat pertemuan para
siswa untuk rekreasi dan sebagainya.
D. Berdasarkan
Keamanan Isinya.
Berdasarkan keamanan isinya, surat dapat digolongkan
menjadi tiga jenis yaitu :
1) Surat
Sangat Rahasia
Surat-surat yang
digunakan untuk surat-surat yang berhubungan dengan keamanan Negara atau
surat-surat yang berupa Dokumen Negara, sehingga bila surat ini jatuh ketangan
yang tidak berhak maka akan membahayakan masyarakat atau Bangsa dan Negara.
2) Surat
Rahasia
Surat-surat yang isinya
harus dirahasiakan, tidak boleh dibaca oleh orang lain, karena bila jatuh
ketangan orang yang tidak berhak, akan merugikan perusahaan atau instansi
tersebut.
3) Surat
konfidensial
Surat-surat yang
termasuk surat rahasia juga, karena isinya tidak boleh diketahui orang lain
cukup hanya diketahui oleh pejabat yang bersangkutan, karena kalau jatuh kepada
orang yang tidak berhak akan mencemarkan nama baik orang tersebut. Contohnya
surat laporan tentang karyawan yang korupsi.
E. Berdasarkan
Proses Penyelesaiannya
Surat berdasarkan proses penyelesaiannya dapat
digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Surat
Sangat Segera atau Surat Kilat.
Surat yang harus
dikirimkan dengan sangat segera atau kilat adalah surat yang harus ditangani
secepat mungkin pada kesempatan yang pertama karena surat ini harus segera
dikirimkan secepatnya karena penerima harus cepat menanggapi dan menyelesaikannya.
2) Surat
Segera
Surat yang secepatnya
diselesaikan tetapi tidak perlu pada kesempatan yang pertama dan segera
dikirimkan supaya mendapat tanggapan dan penyelesainya dari pihak penerima.
3) Surat
Biasa
Surat-surat yang tidak
perlu tergesa-gesa untuk penyelesaian karena tidak perlu mendapat tanggapan
yang secepatnya dari penerima.
F. Berdasarkan
Dinas Pos
Surat berdasarkan pos dapat digolongkan menjadi :
a) Surat
Biasa
Surat yang menurut penggolongan dinas
pos, surat yang dibuat oleh seseorang yang isinya atau sifatnya biasa atau
tidak begitu penting, karena pada umumnya surat ini tidak perlu mendapat
tanggapan yang secepatnya dari penerima, dengan demikian surat-surat ini
penyampaiannya kepada tujuan atau penerima waktunya tidak dipastikan, tetapi
biaya yang dikenakan dinas pos, prangkonya cukup murah.
b) Surat
Kilat
Surat-surat yang
secepatnya ditangani supaya mendapat tanggapan dan penyelesaian yang secepatnya
pula dari penerima. Oleh karena itu surat kilat cara penyampaiannya, ongkos
pengirimannya atau prangkonya lebih mahal dari surat biasa.
c) Surat
Kilat Khusus
Surat-surat yang dibuat seseorang
yang isinya sangat penting dan harus segera ditangani supaya mendapat tanggapan
dan penyelesaian yang secepatnya dari penerima .
d) Surat
tercatat
Adalah surat yang
dibuat oleh seseorang yang isinya sangat penting, sehingga harus segera
ditangani dan diselesaikan secepatnya supaya surat tersebut mendapat tanggapan
dan penyelesaian secepatnya pula dari pihak penerima, surat inipun hampir sama
dengan kilat khusus, cara penyampaiannya oleh dinas pos sangat diutamakan
ongkosnya atau prangkonya mahal.
G. Ciri-Ciri
Bahasa Surat
Bahasa surat biasanya memiliki cirri-ciri yaitu
jelas isinya, lugas, menarik, dan sopan. Untuk lebih lengkapnya, lihat
pembahasan berikut ini:
-
Jelas
Bahasa surat yang jelas
maksudnya tidak hanya mudah dimengerti tetapi harus terbebas dari salah tafsir
atau rancu, sehingga data-data yang dituangkan dalam surat sesuai dengan
sasaran yang diinginkan. Bahasa dalam surat juga harus dapat menjelaskan siapa
yang membuat surat itu kepada siapakah surat itu ditujukan. Oleh karena itu,
surat harus menggunakan pilihan kata-kata yang cermat, kalimat yang utuh tidak
menggantung, dan tanda baca yang benar serta tidak terlalu banyak menggunakan
kata-kata atau istilah asing.
-
Lugas
Lugas artinya
sederhana, praktis, bersahaja (simple). Jika diterapakn dalam pada penulisan
kalimat dalam surat, berate kalimat yang digunakan harus langsung menunjukkan
persoalan atau permasalahan yang pokok-pokok saja, tidak bertele-tele serta
dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sesuai dengan maksud yang dikehendaki.
Cara yang dapat dilakukan oleh penulis surat agar
diperoleh bahasa surat yang lugas adalah sebagai berikut:
-
Menghilangkan unsur-unsur yang tidak
diperlukan
-
Menghilangkan basa-basi
-
Menambahkan unsur penjelas yang hilang
-
Menggunakan istilah yang biasa digunakan
dalam surat niaga
-
Menempatkan tanda baca yang tepat
-
Menarik dan Sopan
Bahasa yang menarik
adalah bahasa yang hidup, lugas, jelas, wajar, enak dibaca, tidak kaku, tidak
menggunakan kata-kata yang telah using, dan tidak menggunakan kata makian yang
dapat menyinggung perasaan orang lain. Bahasa yang menarik juga menghindari
pengulangan kata yang mengakibatkan nada surat menjadi monoton atau membosankan
lawan bicara.
Bahasa surat yang sopan
maksudnya bahasa yang digunakan sederhana sesuai kaidah bahasa umumnya dan
tidak menggunakan bahasa yang berlebihan sserta kata-kata yang merendahkan
martabat orang lain.
Cara Penulisan Ilmiah
Karya ilmiah atau tulisan ilmiah adalah karya seorang
ilmuan yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang
diperolehnya melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian dan
pengetahuan orang lain
Alumni Fakultas Syari’ah INISNU Jepara sebelumnya. Karya ilmiah merupakan pernyataan sikap ilmiah peneliti. Jadi, bukan sekedar pertanggungjawaban peneliti dalam penggunaan sumber daya (uang, alat, bahan) yang digunakan dalam penelitian. Untuk memenuhi standar ilmiah, sebuah karya harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya adalah kriteria metodologis, dalam hal ini karya ilmiah harus disusun dengan menggunakan metodologi ilmiah. Brotowidjojo (1985:8-9) mengemukakan bahwa “karya ilmiah adalah karya ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar”. Dengan demikian, penggunaan metodologi yang benar menjadi salah satu unsur terpenting dalam penyusunan karya ilmiah (Bambang Dwiloka dan Rati Riana, 2005: 1-6).?Disampaikan dalam Pelatihan Karya Ilmiah yang diselenggarakan oleh BEM Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara pada tanggal 10 April 2011 di Desa Jambu Barat Mlonggo Jepara. *
1.
Jenis Karya Ilmiah
Karya ilmiah mempunyai banyak jenis, tergantung pada penggunaannya. Ada yang berupa skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian (research report), artikel untuk dimuat di majalah ilmiah, jurnal atau makalah untuk diseminarkan.
Dalam tulisan ini, penulis akan lebih banyak mendeskripsikan tentang karya ilmiah jenis makalah. hal ini karena makalah adalah jenis karya ilmiah yang paling banyak dibuat oleh mahasiswa.
Berdasarkan sifat dan jenis penalaran yang digunakan, makalah dibedakan menjadi tiga macam, yaitu makalah deduktif, makalah induktif dan makalah campuran. Makalah deduktif merupakan makalah yang penulisannya didasarkan pada kajian teoritis (pustaka) yang relevan dengan masalah yang dibahas. Makalah induktif adalah makalah yang disusun berdasarkan data empiris yang diperoleh dari lapangan yang relevan dengan masalah yang dibahas. Makalah campuran adalah makalah yang penulisannya didasarkan pada kajian teoretis digabungkan dengan data empiris yang relevan dengan masalah yang dibahas. Dalam pelaksanaannya, jenis makalah pertama merupakan jenis makalah yang paling banyak digunakan (Bambang Dwiloka dan Rati Riana, 2005: 97-98).
2.
Kriteria Ilmiah
M. Nazir, (1988) menjelaskan bahwa karya ilmiah disusun dengan menggunakan metode ilmiah, yaitu cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Adapun kriteria metode ilmiah adalah :
1)
Berdasarkan fakta (bukan kira-kira,
khayalan, legenda)
2)
Bebas dari prasangka (tidak subyektif)
3)
Menggunakan prinsip-prinsip analisis
(kausalitas & pemecahan masalah berdasarkan analisis yang logis)
4)
Menggunakan hipotesis (sebagai pemandu
jalan pikiran menuju pencapaian tujuan)
5)
Menggunakan ukuran obyektif (bukan
berdasarkan perasaan)
6)
Menggunakan teknik kuantifikasi (nominal,
rangking, rating)
Metode ilmiah juga memiliki beberapa karakteristik,
yaitu :
·
Bersifat kritis, analistis,
artinya metode menunjukkan adanya proses yang tepat untuk mengidentifikasi
masalah dan menentukan metode untuk pemecahan masalah.
·
Bersifat logis, artinya dapat memberikan argumentasi ilmiah.
Kesimpulan yang dibuat secara rasional berdasarkan buktibukti yang tersedia
·
Bersifat obyektif, artinya dapat dicontoh oleh ilmuwan lain dalam studi
yang sama dengan kondisi yang sama pula.
·
Bersifat konseptual, artinya proses penelitian dijalankan dengan
pengembangan konsep dan teori agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
·
Bersifat empiris, artinya metode yang dipakai didasarkan pada fakta di
lapangan.
Sebuah karya tulis ilmiah yang disusun berdasarkan
hasil penelitian, metode ilmiah digunakan dengan melalui beberapa tahapan,
yaitu:
·
Melakukan observasi, menetapkan masalah
dan tujuan
- Menyusun hipotesis
- Menyusun rencana penelitian
- Melaksanakan percobaan berdasarkan metode yang
direncanakan
- Melaksanakan pengamatan dan pengumpulan data
- Menganalisa dan menginterpretasikan data
- Merumuskan kesimpulan (teori) dan saran (Nur
Khoiri, 2011)
3.
Tahap Penyusunan Karya Ilmiah
Berikut ini akan dijelaskan tentang tahapan penyusunan karya ilmiah menurut Zaenal Arifin (2003) sebagaimana dikutip oleh Bambang Dwiloka dan Rati Riana (2005:9-24). Pada dasarnya, dalam penyusunan karya ilmiah terdapat lima tahap, yaitu :
a)
Persiapan
1)
Pemilihan Topik/Masalah
Topik/Masalah adalah pokok pembicaraan. Dalam memilih topik/masalah, Arifin (2003:8) memberikan beberapa pertimbangan :
·
Topik yang dipilih harus berada di sekitar
kita, baik di sekitar pengalaman kita maupun di sekitar pengetahuan kita.
Hindarilah topik yang jauh dari kita karena hal itu akan menyulitkan kita
ketika menggarapnya.
- Topik yang dipilih harus topik yang paling
menarik perhatian kita.
- Topik yang dipilih terpusat pada suatu segi
lingkup yang sempit dan terbatas. Hindari pokok masalah yang menyeret kita
kepada pengumpulan informasi yang beraneka ragam.
- Topik yang dipilih memiliki data dan fakta yang
obyektif. Hindari topik yang bersifat subyektif, seperti kesenangan atau
angan-angan kita.
- Topik yang dipilih harus kita ketahui
prinsip-prinsip ilmiahnya, walaupun serba sedikit. Artinya topik yang
dipilih itu janganlah terlalu baru bagi kita.
- Topik yang dipilih harus memiliki sumber acuan,
memiliki bahan kepustakaan yang dapat memberikan informasi tentang pokok
masalah yang hendak ditulis. Sember kepustakaan dapat berupa buku,
majalah, jurnal, surat kabar, brosur, surat keputusan, situs web, atau
undang-undang.
2)
Pembatasan Topik dan Penentuan Judul
Jika topik sudah ditentukan dengan pasti sesuai dengan petunjuk-petunjuk, kita tinggal menguji sekali lagi; apakah topik itu betul-betul cukup sempit dan terbatas ataukah masih terlalu umum dan mengambang. Jika sudah dilakukan pembatasan topik, judul karya ilmiah bukanlah hal yang sulit ditentukan karena pada dasarnya langkah-langkah yang ditempuh dalam pembatasan topik sama saja dengan langkah-langkah dalam penentuan judul. Perbedaannya adalah pembatasan topik harus dilakukan sebelum penulisan karya ilmiah, sedangkan penentuan judul dapat dilakukan sebelum atau sesudah penulisan karya ilmiah. Jika sudah ada topik yang terbatas, karya ilmiah sudah dapat mulai digarap walaupun judul belum ada.
Selain dengan pembatasan topik, penentuan judul karya ilmiah dapat pula ditempuh dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan masalah apa, mengapa, bagaimana, di mana dan kapan. Tentu saja, tidak semua pertanyaan itu harus dijawab pada penentuan judul. Dalam sebuah judul, adakalanya dibatasi dengan memberi sub judul. Sub judul selain berfungsi membatasi judul juga berfungsi sebagai penjelas atau keterangan judul utama. Dalam hal seperti itu, antara judul utama dan sub judul harus dibubuhan tanda baca titik dua (:).
3)
Pembuatan Kerangka Penulisan (outline)
Pada prinsipnya, penyusunan kerangka karangan karya adalah proses penggolongan dan penataan berbagai fakta, yang kadang-kadang berbeda jenis dan sifatnya, menjadi kesatuan yang berpautan. Penyusun karya ilmiah dapat membuat ragaan buram, yakni ragaan yang hanya memuat pokok-pokok gagasan sebagai pecahan dari topik yang sudah dibatasi, atau dapat juga membuat ragaan kerja, yaitu ragaan yang sudah merupakan perluasan atau penjabaran dari ragaan buram. Tentu saja, jenis kedua memudahkan penyusunan untu mengembangkan karya (Moeliono, 1998:1; Arifin, 2003:15).
Penulis karya ilmiah harus menentukan dahulu judul-judul bab dan judul subbab sebelum menentukan kerangka karya. Judul bab dan judul subbab itu merupakan pecahan masalah dari judul karya ilmiah yang ditentukan. Jika ragaan telah selesai dibuat, langkah berikutnya adalah pembuatan rencana daftar isi karya ilmiah. Kita perlu membuat rencana daftar isi yang lengkap, pada bagian awal dilengkapi dengan tajuk prakata, daftar isi, daftar table (jika ada), daftar gambar (jika ada), daftar lampiran (jika ada). Bab Pedahuluan/Bab I terdiri atas latar belakang masalah, identifikasi masalah, cakupan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian. Kemudian dalam bagian terakhir daftar isi dicantumkan tajuk bab simpulan dan saran, daftar pustaka dan lampiran (jika ada).
Pada dasarnya, penulis karya ilmiah mempunyai hak prerogatif untuk menyusun daftar isinya sendiri. Akan tetapi, paling sedikit sebuah karya ilmiah berisi tiga bab, yaitu pendahuluan, isi atau analisis, dan penutup. Jika isi atau analisis itu agak luas, kita dapat memecah isu itu menjadi dua atau lebih bab sehingga kaya ilmiah menjadi empat bab atau lebih.
b)
Pengumpulan Data
Dalam diskursus ilmu penelitian, data dapat dikumpulkan melalui pengamatan (observasi), wawancara atau eksperimen (percobaan). Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam pengumpulan data adalah :
a.
Pencarian informasi/keterangan dari bahan
bacaan, seperti buku, surat kabar dan majalah yang relevan dengan topik
tulisan.
- Pengumpulan keterangan dari pihak-pihak yang mengetahui
masalah yang akan ditulis
- Pengamatan langsung ke obyek yang akan diteliti
- Percobaan dan pengujian di lapangan atau di
laboratorium
c)
Pengorganisasian dan Pengonsepan
Jika data sudah terkumpul, penyusun menyeleksi dan mengorganisasi data tersebut. Penyusun harus menggolongkan data menurut jenis, sifat atau bentuk. Penyusun menentukan data mana yang akan dibicarakan kemudian. Jadi, penyusun harus mengolah dan menganalisis data yang ada dengan teknik-teknik yang ditentukan. Misalnya, jika penelitian bersifat kuantitatif, data diolah dan dianalisis dengan teknik statistic. Selanjutnya, penyusun dapat mulai mengonsep karya ilmiah itu dengan urutan dalam ragaan yang ditetapkan.
d)
Penentuan Konsep
Sebelum mengetik konsep, penyusun terlebih dahulu memeriksanya. Tentu ada bagian yang tumpang tindih atau ada penjelasan yang berulang-ulang. Buanglah penjelasan yang tidak perlu dan tambahkan penjelasan yang dirasakan sangat menunjang pembahasan. Secara ringkas, pemeriksaan konsep mencakup pemeriksaan isi karya dan cara penyajian karya, termasuk penyuntingan bahasa yang digunakan.
e)
Cara Pengetikan
Dalam mengetik naskah, penyusun hendaklah memperhatikan segi kerapian dan kebersihan. Penyusun memperlihatkan tata letak unsur-unsur dalam karya ilmiah. Misalnya penyusun menata unsur-unsur yang tercantum dalam kulit luar, unsur-unsur dalam halaman judul, unsur-unsur dalam daftar isi, dan unsur-unsur dalam daftar pustaka.
4.
Sistematika Karya Ilmiah
Dari segi jumlah halaman, dapat dibedakan antara makalah panjang dan makalah pendek. Makalah panjang adalah makalah yang jumlah halamannya lebih dari 20 halaman. Secara garis besar, makalah panjang terdiri dari atas tiga bagian; yaitu bagian awal, bagian inti dan bagian akhir.
Bagian Awal
·
Halaman Sampul
- Daftar Isi
- Daftar Tabel dan Gambar (jika ada)
Bagian Inti
·
Pendahuluan
- Latar Belakang Penulisan Makalah
- Masalah atau Topik Bahasan
- Tujuan Penulisan Makalah
- Teks Utama
- Penutup
Bagian Akhir
·
Daftar Rujukan
- Lampiran (jika ada)
Setiap bagian dari sistematika di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Halaman Sampul
1. Judul harus mencerminkan isi makalah atau mencerminkan
topik yang diangkat.
2. Judul sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frasa atau
klausa, bukan dalam bentuk kalimat. Itulah sebabnya judul makalah tidak
diakhiri dengan tanda titik (.).
3. Judul makalah hendaknya singkat dan jelas, sebaiknya
berkisar 5-15 buah kata.
4. Judul hendaknya menarik perhatian pembaca untuk
mengetahui isinya. Namun, judul makalah harus tetap mencerinkan isi makalah.
Daftar Isi
Daftar isi dipandang perlu jika panjang makalah lebih dari 20 halaman. Penulisan daftar isi dilakukan dengan ketentuan (1) judul bagian makalah ditulis dengan menggunakan huruf kecil (kecuali awal kata selain kata tugas), (2) penulisan judul bagian dan judul subbagian dilengkapi dengan nomor halaman tempat pemuatannya dalam makalah, dan (3) penulisan daftar isi dilakukan dengan menggunakan spasi tunggal dengan antarbagian dua spasi.
Daftar Tabel dan Gambar
Identitas tabel dan gambar (yang berupa nomor dan nama) dituliskan secara lengap. Jika tabel dan gambar lebih dari satu buah, sebaiknya penulisan daftar tabel dan gambar dilakukan terpisah, tetapi jika hanya terdapat sebuah tabel atau gambar, sebaiknya daftar tabel atau gambar disatukan dengan daftar isi makalah.
Bagian Inti
Ada tiga macam cara penulisan yang dapat dipakai dalam susunan bagian inti, yaitu :
1. Penulisan dengan menggunakan angka (Romawi dan atau
Arab),
2. Penulisan dengan menggunakan angka yang dikombinasikan
dengan abjad, dan
3. Penulisan tanpa menggunakan angka maupun abjad
Pendahuluan
Penulisan bagian pendahuluan dapat dilakukan dengan cara seperti berikut :
1. Setiap unsur bagian pendahuluan ditonjolkan dan
disajikan sebagai subbagian.
2. Semua unsur yang terdapat dalam bagian pendahuluan
tidak dituliskan sebagai subbagian, sehingga tidak dijumpai adanya subbagian
dalam bagian pendahuluan. Untuk menandai pergantian unsur, dapat dilakukan
dengan pergantian paragraf.
Latar Belakang
Butir-butir yang seyogyanya ada dalam latar belakang adalah hal-hal yang melandasi perlunya ditulis makalah. hal-hal dimaksud dapat berupa paparan teoretis atau pun paparan yang bersifat praktis, tetapi juga bukan alasan yang bersifat pribadi. Yang pokok, bagian ini harus dapat mengantarkan pembaca pada masalah atau topik yang dibahas dalam makalah dan menunjukkan bahwa masalah atau topik tersebut memang perlu dibahas.
Masalah atau Topik Bahasan
Masalah atau topik bahasan tidak terbatas pada persoalan yang memerlukan pemecahan, tetapi juga mencakupi persoalan yang memerlukan penjelasan, deskripsi atau penegasan lebih lanjut. Beberapa pertimbangan dalam menentukan topik adalah :
Ø Topik yang dipilih haruslah ada manfaatnya, baik dari
segi praktis maupun segi teoritis dan layak untuk dibahas.
Ø Topik yang dipilih hendaknya menarik dan sesuai dengan
minat penulis.
Ø Topik yang dipilih haruslah dikuasai, dalam arti tidak
terlalu asing atau terlalu baru bagi penulis.
Ø Bahan yang diperlukan sehubungan dengan topik tersebut
memungkinkan untuk diperoleh
Tujuan Penulisan Makalah
Makalah dimaksudkan bukan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh seseorang dan yang sejenis dengan itu, tetapi lebih mengarah pada apa yang ingin dicapai dengan penulisan makalah tersebut.
Teks Utama
Bagian teks utama makalah berisi pembahasan topik-topik makalah. Isi bagian teks utama sangat bervariasi, tergantung topik yang dibahas dalam makalah. Jika dalam makalah dibahas tiga topik, ada tiga pembahasan dalam bagian teks utama.
Penulisan teks utama makalah dapat dilakukan setelah
bahan penulisan makalah berhasil dikumpulkan. Bahan penulisan dapat berupa
bahan yang bersifat teoritis (yang diperoleh dari buku teks, laporan
penelitian, jurnal, majalah dan barang cetak lainnya) atau dapat juga dipadukan
dengan bahan yang bersifat factual-empiris (yang terdapat dalam kehidupan
nyata).
Penutup
Bagian penutup berisi simpulan atau rangkuman pembahasan dan saran (jika dipandang perlu). Bagian ini menandakan berakhirnya makalah. Penulisan bagian penutup dapat dilakukan dengan menggunakan teknik berikut.
Ø Penegasan kembali atau ringkasan dari pembahasan yang
telah dilakukan, tanpa diikuti dengan simpulan. Hal ini dilakukan karena masih
belum cukup bahan untuk memberikan simpulan terhadap masalah yang dibahas, atau
dimaksudkan agar pembaca menarik kesimpulan sendiri.
Ø Menarik simpulan dari apa yang telah dibahas pada teks
utama makalah.
Ø Selain itu, pada bagian ini juga dapat disertakan
saran atau rekomendari sehubungan dengan masalah yang dibahas. Saran harus
relevan dengan apa yang telah dibahas. Saran yang dibuat haris eksplisit,
kepada siapa saran ditujukan dan tindakan atau hal apa yang disarankan.
Daftar Rujukan
Teknik penulisan daftar rujukan dibahas dalam materi teknik notasi ilmiah dalam makalah ini.
Lampiran
Bagian ini berisi hal-hal yang bersifat pelengkap yang dimanfaatkan dalam proses penulisan makalah. Bagian ini hendaknya juga bernomor halaman.
5.
Teknik Penulisan
Materi tentang teknik penulisan karya ilmiah dalam tulisan ini mengacu pada pedoman penulisan skripsi bagi mahasiswa S.1 INISNU Jepara tahun 2007. Beberapa hal yang perlu dipahami tentang teknik penulisan adalah sebagai berikut :
Ø Penulisan karya ilmiah menggunakan Bahasa Indonesia
yang baik dan benar mengacu pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan; dan jika di pandang mampu maka dapat menggunakan Bahasa Arab dan
atau Bahasa Inggris
Ø Informasi disajikan dengan bahasa yang lugas,
sederhana, tepat dan langsung pada persoalan yang dibicarakan;
Ø Penulisan istilah yang berasal dari bahasa asing dan
daerah, dengan huruf miring (italic), seperti kata istinbath al-ahkam
(istinbâth al-ahkâm), drop out (drop out), gugur gunung (gugur gunung);
6.
Bentuk dan Format Penulisan
Berdasarkan pengalaman penulis, setiap literatur memberikan ketentuan yang berdeda-beda tentang bentuk dan format penulisan karya ilmiah, tergantung pada siapa atau instansi apa yang menerbitkan ketentuan tersebut. Namun, secara umum bentuk dan format penulisan karya ilmiah adalah sebagai berikut :
Ø Naskah diketik dengan jenis huruf standard (Times New
Roman) dengan ukuran/font 12 dan line spacing 1,5;
Ø Karya ilmiah berbahasa Arab menggunakan font
Traditional Arabic dengan huruf ukuran 18;
Ø Kertas yang dipergunakan untuk penulisan karya ilmiah
adalah Kuarto (A4) ukuran 21 x 29,7 cm berat 70 – 80 gsm;
Ø Batas margin kiri dan atas 4 cm, kanan dan bawah 3 cm,
sedangkan untuk karya ilmiah yang ditulis dengan Bahasa Arab maka margin kanan
dan atas 4 cm, kiri dan bawah 3 cm;
Ø Setiap satu lembar kertas kuarto hanya digunakan satu
halaman saja (tidak bolak balik) diketik dengan spasi ganda, sedangkan karya
ilmiah berbahasa Arab dengan jarak 1 spasi;
Ø Alinea baru dimulai pada ketukan ketujuh dari margin
kiri bagi karya ilmiah yang berhuruf latin atau dari margin kanan bagi skripsi
yang berhuruf Arab;
Ø Judul karya ilmiah ditulis dengan huruf kapital
(besar) di tengah, ukuran huruf dengan memperhatikan estetika penulisan.
Ø Judul bab ditulis dengan huruf kapital (besar) di
tengah, sub judul bab ditulis dari tepi kiri, awal kata menggunakan huruf
kapital, demikian juga anak sub judul atau sub anak judul disusun sedemikian
rupa dengan memperhatikan estetika penulisan;
Ø Penomoran halaman dimulai dari Bab I sampai akhir
halaman menggunakan angka arab (1, 2, 3, 5, 6 dst.) diletakkan di sebelah kanan
atas, kecuali nomor halaman bab baru yang diletakkan di tengah bagian bawah,
sub judul ditulis dari tepi kiri, awal kata menggunakan huruf kapital kecuali
kata penghubung/sambung, demikian juga anak sub judul atau sub anak judul
disusun sedemikian rupa dengan memperhatikan estetika penulisan, sedangkan pada
halaman judul sampai halaman daftar isi menggunakan huruf Romawi kecil (seperti
i, ii, iii, iv, v, dst.) yang diletakkan di tengah bagian bawah;
Ø Penomoran tabel atau gambar diberi nomor urut dengan
angka arab (Tabel 1., Tabel 2., dst.);
Ø Nomor kutipan atau catatan kaki pada masing-masing bab
ditulis berturut-turut sampai akhir bab dan dimulai kembali dengan nomor satu
pada bab berikutnya;
Ø Abstrak skripsi diketik 1 spasi maksimal 2 halaman,
ditulis dalam Bahasa Indonesia.
7.
Teknik Notasi Ilmiah.
a.
Kutipan
Kutipan terdiri dari dua macam, yaitu : [1] Kutipan
Langsung adalah kutipan yang sama dengan bentuk asli yang
dikutip baik dalam susunan kata maupun tanda bacanya. Kutipan langsung tidak
dibenarkan lebih dari satu halaman. Kutipan langsung dipergunakan hanya untuk
hal-hal yang penting saja seperti definisi atau pendapat seseorang yang khas.
Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris, diketik biasa dalam teks
skripsi dengan diawali dan diakhiri oleh tanda petik(“) dan diberi nomor
kutipan yaitu dengan pola catatan kaki (footnote). Ini dimaksudkan jika
diperlukan notasi dapat lebih leluasa dan memudahkan pembaca. Kutipan yang
lebih dari empat baris, diketik dengan masuk (menjorok) tujuh ketukan dan tidak
dibubuhkan tanda petik, serta ditulis dengan jarak 1 spasi. Kutipan terjemah
al-Qur’an dianggap seperti kutipan langsung, diketik 1 spasi meskipun kurang
dari empat baris, tidak ditulis miring dan tidak menyebut kata Artinya; [2] Kutipan
tak langsung (parafrase) adalah kutipan yang hanya mengambil isinya saja,
seperti saduran, atau ringkasan. Dalam kutipan semacam ini, penulis tidak perlu
memberi tanda petik, ditulis seperti teks biasa dengan menyebut sumber
pengambilannya;
a)
Sumber kutipan merujuk pada ilmuwan yang
ahli dalam bidangnya;
b)
Kutipan dalam karya ilmiah diantaranya
harus mencakup minimal satu sumber/buku yang berbahasa Arab dan satu
sumber/buku berbahasa Inggris yang terkait dengan pokok bahasan, tidak termasuk
kamus;
c)
Kutipan Tafsir dan Hadist harus bersumber
pada kitab asli (sumber primer).
d)
Kutipan dapat bersumber dari internet atau
CD dengan mencantumkan situs dan menunjukkan print-outnya.
b.
Catatan Kaki (footnote)
Ø Catatan kaki merupakan catatan pada bagian kaki
halaman teks yang menyatakan sumber sesuatu kutipan atau pendapat mengenai
sesuatu hal yang diuraikan dalam teks;
Ø Catatan kaki dapat berfungsi sebagai tambahan yang
berisi komentar atau penjelasan yang dianggap tidak dapat dimasukkan di dalam
teks;
Ø Catatan kaki diketik satu spasi dan dimulai langsung
dari margin kiri untuk tulisan latin dan margin kanan untuk tulisan Arab,
dimulai pada ketukan kelima di bawah garis catatan kaki;
Ø Catatan kaki pada tiap bab diberi nomor urut mulai
dari angka 1 sampai habis, dan diganti dengan nomor 1 kembali pada bab baru;
Ø Cara penulisannya secara berurutan: nama pengarang
(tanpa gelar dan tidak dibalik), koma, judul sumber/buku dengan huruf kapital
setiap awal kata kecuali kata tugas, koma, jilid/juz, koma, kurung buka
kemudian tempat/kota penerbit, titik dua, nama penerbit, koma, tahun terbit
kemudian kurung tutup, koma, nomor cetakan, koma, dan nomor halaman diakhiri
dengan titik.
c.
Daftar Kepustakaan
·
Daftar pustaka, yang merupakan keterangan
mengenai bahan bacaan yang dijadikan rujukan dalam proses pembuatan skripsi,
ditempatkan diakhir skripsi dengan jarak satu (1) spasi dan tidak menggunakan
nomor urut. Sedangkan jarak antara dua sumber pustaka satu setengah (1,5)
spasi;
·
Daftar pustaka ditulis dengan urutan: nama
pengarang (nama kedua), koma, nama lengkap (tanpa gelar), koma, judul buku
dicetak miring (italic), koma, jilid atau volume, koma, tempat penerbitan,
titik dua, nama penerbit, koma, tahun penerbitan, koma, nomor cetakan;
·
Penulisan nama pengarang disusun secara
alfabetik dengan mendahulukan nama keluarga dan marga (kalau ada) atau nama
belakang, dan diketik pada ketukan pertama. Untuk singkatan mengikuti nama
terakhir. Bila informasi tentang buku/sumber rujukan itu melebihi satu baris,
maka baris kedua dan berikutnya diketik mulai ketukan kelima
Sumber :
·
www.artikelkomplit.com
Langganan:
Postingan (Atom)