Selasa, 29 Oktober 2013

Perilaku Konsumen ( Karakteristik konsumen indonesia)

10 KARAKTERISTIK KONSUMEN INDONESIA


Retailing adalah kegiatan  menjual barang atau jasa kepada konsumen akhir. Konsumen akhir tersebut tidak menggunakan barang atau jasa yang sudah dibelinya untuk kegiatan bisnis (dijual kembali).

Kegiatan retail ini dilakukan oleh manufakturer maupun retailer. Oleh karena itu baik manufakturer maupun retailer hendaknya memahami bagaimana karakteristik konsumennya.

Pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli. Indonesia harus menjadi pasar bagi orang Indonesia sendiri. Penjualnya adalah orang Indonesia. Konsumennya bolehlah konsumen luar negeri namun KONSUMEN UTAMA-nya harus orang Indonesia.

Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang banyak. Jumlah penduduk yang banyak ini menguntungkan bagi siapa yang menguasai pemasaran. Menjadi pemenang dulu di pasar dalam negeri untuk kemudian selanjutnya merambah  pasar luar negeri.

Untuk memenangkan pasar, baik manufakturer mau retailer harus berorientasi pada konsumen. Kepuasan konsumen Itu kuncinya. Memenangkan pasar itu berbicara tentang target jangka panjang. Jika konsumen puas maka akan menimbulkan repeat order dan efek word of mouth pasti akan terjadi.
Untuk memenangkan pasar Indonesia maka manufakturer maupun retailer harus memahami bagaimana karakteristik konsumen Indonesia.



10 karakteristik konsumen Indonesia :

  1. Memiliki pola pikir jangka pendek.
  2. Tidak memiliki perencanaan.
  3. Cenderung berkelompok dan suka berkumpul.
  4. Tidak adaptif dengan teknologi baru.
  5. Fokus pada konten bukan pada konteks
  6. Menyukai barang-barang produksi luar negeri.
  7. Semakin memperhatikan masalah keagamaan.
  8. Suka pamer dan gengsi.
  9. Tidak banyak dipengaruhi oleh budaya lokal.
  10. Kurang mempedulikan lingkungan

Berikut contoh10 Karakteristik konsumen Indonesia :

1. Memiliki pola pikir jangka pendek.
Pola pikir adalah hal dasar bagi seseorang dalam membuat keputusan. Keputusan yang diambil akan memberi pengaruh dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Pola pikir jangka pendek hanya memperhatikan manfaat dalam jangka waktu pendek saja. Oleh karena itu, produk-produk instan laku di pasar Indonesia.
Contohnya :
Perilaku  konsumen seperti ini biasa terjadi pada konsumen perempuan, suka membeli suatu barang karena bentuk uniknya, bukan karena kebutuhan.

2. Tidak  memiliki perencanaan.
Konsumen Indonesia tidak memiliki perencanaan dalam hidup mereka termasuk dalam membuat perencaan dalam berbelanja. Perencanaan dalam berbelanja dapat diwujudkan dalam bentuk daftar belanjaan. Daftar belanjaan ini mengurangi pembelian yang tidak direncanakan. Oleh karena itu, konsumen Indonesia rata-rata sering melakukan pembelian barang-barang yang tidak direncanakan sebelumnya.
Contohnya :
Biasanya hal ini sering terjadi pada wanita muda, saat sedang berbelanja, ternyata di store yang di kunjungi sedang mengadakan diskon 70%, karena tertarik pada diskon, pasti akan di beli, padahal barang yang di beli tidak termasuk dalam daftar belanja.

3. Cenderung berkelompok dan suka berkumpul.
Konsumen Indonesia memiki kecenderungan suka berkelompok dan berkumpul.  Saat berkumpul dan berkelompok akan timbul pembicaraan. Dalam pembicaraan tersebut akan menimbulkan efek words of mouth. Efek words of mouth akan menimbulkan kemungkinan ada konsumen baru dari konsumen yang terpuaskan. Dari konsumen yang terpuaskan akan menimbulkan repeat orders.
Contohnya:
Perilaku seperti ini biasa terjadi pada kaum ibu-ibu yang suka berkumpul saat arisan, mereka akan membicarakan barang yang mereka beli dengan harga yang terjangkau dan kualitas yang memuaskan, hal ini akan menimbulkan keinginan orang yang mendengarkan untuk membeli juga, sehingga menimbulkan konsumen baru yang tidak tahu menjadi tahu dan ingin membeli juga.

4. Tidak adaptif dengan teknologi baru.
Survey yang dilakukan oleh Frontier pada tahun 2010 ini menyatakan bahwa konsumen Indonesia tidak adaptif terhadap teknologi. Fasilitas M-Banking dan Internet belum digunakan secara maksimal. Fasilitas M-Banking dan Internet yang sudah ada di dalam ponsel yang digunakan oleh konsumen Indonesia namun belum digunakan secara maksimal.
Contohnya :
Perilaku seperti ini memang belum banyak diminati oleh perilaku konsumen Indonesia. Sebagian mulai diminati karena adanya faslitas blackberry messenger yang memudahkan penjual untuk mempromosikan barangnya. Namun banyak juga masyarakat yang tidak menyukai pembelian online, karena karakteristik konsumen Indonesia yang harus melihat langsung, memegang dan mencoba langsung barang yang akan di beli.

5. Fokus pada konten bukan konteks.
Konten adalah informasi yang tersedia melalui media atau produk elektronik. Konteks adalah suatu uraian atau kalimat yg dapat mendukung atau menambah kejelasan makna Informasi yang tersedia di media atau produk elektronik lainnya tentu saja tidak memberikan informasi yang jelas.
Contohnya :
Hal seperti ini biasanya terjadi pada konsumen anak-anak, anak-anak kecil yang tertarik membeli chiki, mereka bukan tertarik pada isi chiki tersebut, tetapi lebih tertarik pada bungkus chiki yang berwarna-warni atau biasa bergambar kartun yang sedang tren saat ini.

6. Menyukai barang-barang produksi luar negeri.
Harga acapkali dibandingkan dengan kualitas. Semakin tinggi harga dianggap semakin bagus kualitasnya. Harga barang-barang produksi luar negeri mayoritas memiliki harga lebih tinggi daripada barang-barang produksi dalam negeri. Gengsi menjadi salah satu alasan juga mengapa konsumen Indonesia lebih menyukai barang-barang produksi luar negeri.
Contohnya :
Perilaku ini biasa terjadi pada kaum sosialita, dimana mereka yang sering berpergian ke luar negeri, membeli barang buatan luar negeri yang tentunya tidak banyak di miliki masyarakat, pasti memiliki perasaan bangga.

7. Semakin memperhatikan masalah religious.
Indonesia adalah negara beragama. Konsumen Indonesia menjadi lebih sensitif untuk hal-hal yang berbau keaagamaan. Produk dan jasa yang berbau agama semakin lebih banyak digemari.
Contoh :
Hal seperti ini biasa terjadi pada produk makanan, yang melisensikan makanan halal, karena masyarakat Indonesia yang mayoritas islam takut membeli makanan yang mengandung minyak babi.

8. Suka pamer dan gengsi.
Kecenderungan manusia adalah ingin dipuji. Konsumen Indonesia yang berasal dari golongan ekonomi menengah ingin dipuji jika bisa membeli barang yang tidak bisa dibeli orang lain. Konsumen Indonesia dari golongan ekonomi atas membeli barang-barang branded supaya dipuji dan sebagai prestise karena gengsi.
Contoh :
Perilaku seperti ini biasa dimiliki masyarakat menengah ke atas, misalnya saat tren tas furla keluaran terbaru, banyak orang berusaha membeli yang asli, gengsi membeli yang kw, dan biasanya mereka akan pamer bahwa mereka mampu membeli tas furla keluaran terbaru yang asli.

9.Tidak banyak dipengaruhi oleh budaya lokal.
Keanekaragaman budaya dan adat istiadat sudah tidak lagi menjadi alasan dalam memilih dan menggunakan suatu produk. Globalisasi membuat konsumen Indonesia memiliki karakteristik tidak banyak dipengaruhi lagi oleh budaya lokal
Contoh :
Perilaku seperti ini sudah banyak di temui di masyarakat, konsumen lebih menyukai barang dengan merk luar negeri, di banding barang dengan merk lokal, yang pada kenyataanya kualitas local tidak kalah bagus. Misalnya produksi sepatu nike yang sebenarnya buatan Indonesia namun di karena di beri merek ternama, harganya menjadi lebih mahal.

10. Kurang memperdulikan lingkungan.
Perubahan iklim adalah isu yang popular di abad 21. Isu tentang lingkungan menjadi penting terkait tentang pemanasan produk. Perusahaan berlomba-lomba untuk ikut andil dalam lingkungan. Produk yang akan diproduksi sudah dirancang supaya sustainable terhadap lingkungan. Lain halnya dengan konsumen luar negeri, konsumen Indonesia masih belum peduli akan lingkungan.
Contoh :
Perilaku konsumen seperti ini dapat kita lihat jika berbelanja di supermarket seperti giant, Carrefour, super indo. Mereka mengajak masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik dengan menawarkan tas belanja yang terbuat dari kain, atau dengan menggunakan kardus. Namun lagi-lagi masyarakat Indonesia yang kurang peduli, sehingga masih banyak yang sering menggunakan plastik.



10 karakteristik konsumen Indonesia ini merupakan hasil survey sebuah lembaga survey di tahun 2010. Beberapa hal sudah bergeser tentu saja dan semoga akan terus bergeser ke arah yang lebih baik.

Misalnya pada point ke empat. Konsumen Indonesia sudah melek dengan teknologi. Perangkat seluler hampir semuanya sudah terkoneksi dengan internet. Jumlah pengguna perangkat seluler Indonesia pun sudah mencapai 60% dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia