Sabtu, 03 Mei 2014

Sebuah Teka teki



Malam itu hujan deras menguyur bumi ciptaan Tuhan ini. Tetesan air hujan yang jatuh memberi irama pada atap rumahku. Angin yang berhembus membuat pepohonan dan dedaunan melambai-lambai. Tak kuasa aku menahan rasa kantuk ini, mata ku sayu ingin segera memasuki alam bawah sadarku. Terlelap ku dalam keindahan dunia lain yang membawaku ke mimpi yang cukup membingungkan. Mimpi yang memiliki sejuta teka-teki yang sulit dijawab.                                                                                                                        Dalam mimpi itu aku lihat seekor lalat. Ia berdiri di tepi kolam, kolam yang begitu besar tergambar seperti lautan yang luas. Matanya amat tajam. Ia memandang jauh ke seberang. Ia hendak terbang. Adakah kepak sayapnya yang mungil akan tahan mengarungi luasnya kolam? Tetapi tidak. Ia tampak menaiki kapal. Di atas sehelai daun, lalat itu berlayar. Angin berembus pelan, tapi ia merasakannya sebagai badai topan yang bisa menenggelamkan. Betapa luas itu lautan atau kolam. Ia terombangambing di antara gelombang. Inikah rasanya berlayar? Ia ingin terbang. Ia ingin terbang. Tapi matanya yang mungil tak mampu melihat daratan. Betapa jauh daratan diseberang yang akan ia datangi. Aku terbangun dibuatnya, mulanya aku merasa mimpi itu tidak memiliki arti apa-apa. Akan tetapi, setelah aku pikir-pikir lagi, ternyata mimpi itu adalah sebuah isyarat untukku. Laut, kolam serta daratan. Adakah pulau seberang? Mungkin, dan aku pun mulai yakin, bahwa mimpi itu tentu tak datang sia-sia. Pasti ada yang hendak disampaikannya. Adakah aku telah ditegur karena telah mengabaikan orang-orang yang sayang pada ku, aku selama ini dan lebih memikirkan diri ku sendiri, aku lebih memikirkan keegoisanku. Dan sebagaimana yang aku lihat di dalam mimpi, tidakkah negeri seberang yang hendak dituju oleh lalat itu menandakan bahwa mereka telah pergi jauh dari ku? Dan jika memang demikian adanya, bukankah sebaiknya aku kembali seperti sediakala. Aku harus lebih memperhatikan orang-orang disekelilingku, orang-orang yang menyayangiku.

Surat Menyurat

Dalam era informasi ini kegiatan administrasi semakin komplek disamping berbagai macam peraturan yang ada dalam kehidupan sosial masyarakat yang juga mempengaruhi perkembangan pengolahan surat. Kesadaran dan perhatian terhadap surat yang secara informatif memberikan gambaran mengenai proses administrasi tersebut tampaknya sudah banyak disadari oleh berbagai instansi pemerintah. Oleh karena itu penciptaan, penggunaan dan penyampaian surat merupakan hal yang menjadi perhatian dibanyak kantor atau organisasi yang menjalankan sistem administrasi modern. Surat merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari proses administrasi dalam suatu instansi pemerintahan. Surat juga memiliki peranan penting dalam penyampaian informasi yang tidak langsung, agar komunikasi melalui surat dinilai efektif maka isi atau maksud surat harus terang dan jelas supaya penerima atau pembaca tidak menimbulkan salah arti. Mengingat pentingnya surat dalam suatu pemerintahan maka surat dikelola dengan baik dan benar sesuai dengan fungsi serta tujuan surat tersebut
Berbagai cara sistem yang dibuat untuk mengontrol surat bukan hanya untuk mendukung kegiatan administrasi dan kewajiban, namun juga surat telah dikelola secara efisien. Ditambah lagi dengan adanya sedikit demi sedikit lingkungan kerja. Dari sistem perkantoran yang jalan secara manual berubah menjadi sistem otomatis perkantoran yang bergantung pada penggunaan komputer sebagai alat bantu manajemen.Tak terlewatkan untuk mendefinisikan apa yang dimaksud surat menyurat dan komunikasi yang baik dan yang lebih penting, bagaimana melakukannya. Semuanya bertujuan untuk memahami secara lebih baik bagaimana manusia memahami dan bertukar gagasan. Dalam penulisan Tata Cara Surat Menyurat Dalam Instansi Pemerintah. Penulis memberikan syarat dengan cara tertentu yang anda harapkan agar bisa dipahami dalam menginformasikan suatu masalah. Surat menyurat adalah suatu kegiatan untuk mengadakan hubungan secara terus menerus antara pihak yang satu kepada pihak yang lainnya. Dan dilaksanakan dengan saling berkiriman surat. Kegiatan surat menyurat ini disebut juga dengan istilah lainnya yaitu korespondensi. Jika hanya sepihak saja yang mengirimkan surat secara terus menerus tanpa ada balasan atau tanggapan dari pihak lainnya hal ini tidak dapat dinamakan kegiatan surat menyurat. Setiap kerja perorangan apalagi organisasi selalu membutuhkan kerja sama dengan pihak lain untuk mencapai tujuannya.
Seperti telah dikatakan bahwa mengadakan hubungan dengan surat apalagi dalam sebuah organisasi, instansi atau sebuah perusahaan untuk hal-hal yang tertentu memerlukan persiapan-persiapan yang meliputi :
1.      Persiapan pendiktean atau pengimlaan.
2.      Penulisan steno dan pengetikannya.
3.      Kertas-kertas dan alat-alat tulis.
4.      Pengiriman surat.
5.      Pengarsipan.
6.      Pemakaian tenaga kerja manusia seperti juru tik, konseptor, ahli membuat surat dan sebagainya.
Dengan demikian surat menyurat dalam sebuah organisasi mempunyai kaitan dengan bidang-bidang kegiatan perkantoran lainnya yang menyangkut tata usaha. Kegiatan perkantoran yang berhubungan dengan surat adalah :

Ø  Surat menyurat/korespondensi yaitu bagaimana mengonsep surat yang baik, membuat surat yang baik dan juga memperbaiki surat.
Ø  Pengetikan/typing yaitu bagaimana mengetik konsep surat yang sebaik-baiknya, sehingga, menjadi surat yang siap untuk dikirimkan.
Ø  Pengurusan surat/mail handing yaitu bagaimana menangani surat-surat yang masuk dan keluar yang sebaik-baiknya dengan prosedur yang efektif dan efisien.
Ø   Kearsipan/fiking yaitu bagaimana menyimpan dan menemukan kembali surat atau warkat dengan cepat dan tepat setiap saat diperlukan menurut sistem tertentu.
Surat menyurat seperti pekerjaan perkantoran lainnya, merupakan tugas-tugas pokok organisasi, korespondensi atau surat menyurat merupakan kegiatan staff atau servise staff, tetapi kegiatan surat menyurat hampir melibatkan seluruh pejabat organisasi. Dengan demikian yang perlu mengerti surat adalah :
·         Seluruh pejabat atau pegawai baik dalam organisasi swasta, maupun instansi pemerintah maupun perusahaan.
·         Pejabat staff maupun pejabat lini terlibat dalam pemeriksaan surat, seperti surat-surat yang dikirimkan keluar Negeri dari suatu organisasi, konssepnya selalu dibuat oleh pejabat lini sesuai dengan tugasnya masing-masing.
·         Para pemimpin organisasi atau perusahaan dalam hal surat-surat tertentu, karena sesuatu alasan terpaksa membuat surat sendiri.

Sedangkan yang perlu menguasai surat adalah :
·         Koresponden, para ahli pembuat surat dalam berbagai bahasa dan memeriksa konsep-konsep surat.
·         Para konseptor, pembuat dan pengonsep surat.
·         Sekretaris, apakah dia sebagai sekretaris pejabat maupun sekretaris organisasi atau unit organisasi.
·         Juru tik, harus menguasai tehnik pengetikannya, terutama menguasai bentuk-bentuk surat.

v  Setiap kegiatan yang dilakukan oleh setiap orang atau organisasi pasti mempunyai tujuan, demikian juga penulisan surat mempunyai tujuan-tujuan tertentu, diantaranya :
-          Ingin menyampaikan warta atau informasi kepada pihak lain.
-          Ingin mendapat balasan atau tanggapan dari penerima atau pihak yang dikirim tentang informasi yang disampaikan tersebut.
-          Memperlancar arus informasi, sehingga informasi yang diterima jelas dan tidak salah tanggap.

·         Pada umumnya, pengirim surat menginginkan dari pembaca surat adalah hal-hal sebagai berikut :
1)      Pembaca atau penerima surat, percaya tentang hal atau masalah yang ditulis.
2)      Pembaca mau menerima pandangan-pandangan, gagasan dan keputusan-keputusan dari pengirim.
3)      Pembaca membalas surat dan meminta informasi lebih lanjut.
4)      Pembaca memberi penjelasan atau informasi kepada pengirim.
5)      Pembaca memenuhi segala permintaan kita atau pengirim.
6)      Pembaca atau penerima dapat memahami segala pengaduan pengirim.
7)      Pembaca selalu ingin mengadakan komunikasi dan menjadi relasi kita.\

A.    Jenis-jenis Surat
1.      Berdasarkan Sifat Surat
Berdasarkan sifatnya surat dapat digolongkan menjadi lima jenis yaitu :
a)      Surat Pribadi
Surat pribadi adalah surat-surat yang bersifat kekeluargaan, surat-surat yang berisi masalah keluarga, baik tentang kesehatan, keuangan keluarga dan sebagainya.
b)      Surat Dinas Pribadi
Surat dinas pribadi disebut juga surat setengah resmi adalah surat-surat yang dikirimkan dari seseorang atau pribadi kepada instansi-instansi, perusahaan-perusahaan, ataupun jawatan-jawatan.
c)      Surat Dinas Swasta
Surat dinas swasta disebut juga surat resmi adalah surat-surat yang dibuat oleh instansi-instansi swasta, yang dikirimkan untuk para karyawannya ataupun untuk para relasinya atau langganannya atau instansi –instansi lain yang terkait.
d)     Surat Niaga
Surat niaga adalah surat yang berisi, soal-soal perdagangan yang dibuat oleh perusahaan yang dikirimkan kepada para langganannya.
e)      Surat Dinas Pemerintah
Surat dinas digunakan untuk kepentingan pekerjaan formal seperti instansi dinas dan tugas kantor. Surat ini penting dalam pengelolaan administrasi dalam suatu instansi Fungsi dari surat dinas yaitu sebagai dokumen bukti tertulis, alat pengingat berkaitan fungsinya dengan arsip, bukti sejarah atas perkembangan instansi, dan pedoman kerja dalam bentuk surat keputusan dan surat instruksi
B.     Ciri-ciri surat dinas:
a)      Menggunakan kop surat dan instansi atau lembaga yang bersangkutan
b)      Menggunakan nomor surat, lampiran, dan perihal
c)      Menggunakan salam pembuka dan penutup yang baku
d)     Menggunakan bahasa baku atau ragam resmi
e)      Menggunakan cap atau stempel instansi atau kantor pembuat surat
f)       Format surat tertentu

C.     Berdasarkan Wujud Surat
Penggolongan surat berdasarkan wujudnya dapat dibagi kedalam tujuh jenis, yaitu :
1)      Surat Yang menggunakan Kartu Pos
Kartu pos adalah blanko yang dikeluarkan oleh Perum Postel atau instansi lain yang telah diberi izin Perum Postel untuk mencetaknya asal sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan Perum Postel.
2)      Warkat Pos
Warkat pos adalah sehelai kertas yang telah dicetak dengan memakai lambaga dan petunjuk penulisan berita, yang dikeluarkan oleh perum postel atau instansi lain yang telah diberi izin.
3)      Surat Bersampul
Surat bersampul adalah surat-surat yang isinya atau beritanya ditulis pada kertas lain, kemudian kertas surat tersebut dimasukkan kedalam sampul atau amplop.
4)      Surat Terbuka dan Surat Tertutup
Surat terbuka adalah surat-surat yang isinya dapat dibaca oleh umum misalnya, surat dari pembaca kepada pembaca atau surat yang dikirimkan oleh pembaca untuk pemerintah, instansi lain, melalui redaksi surat kabar, majalah, tabloid, dan sebagainya.
5)      Memorandum dan Nota
Memorandum adalah salah satu alat komunikasi berupa surat-surat dilingkungan dinas yang penyampaiannya tidak resmi dan digunakan secara intern (didalam lingkungan sendiri baik perusahaan ,instansi lainnya). Nota adalah merupakan alat komunikasi kedinasan antara pejabat dari suatu unit organisasi yang digunakan secara intern dalam lingkungan sendiri, tetapi bersifat resmi.
6)      Telegram
Telegram adalah suatu alat komunikasi dengan cara menyampaikan berita-berita melalui radio atau pesawat telegram mengenai sesuatu hal yang perlu segera mendapat penyelesaian dengan cepat. Isi telegram berupa tulisan-tulisan singkat yang dikirimkan dari jarak jauh.
7)      Surat Biasa
Surat biasa adalah surat-surat yang isinya tidak mengandung rahasia walaupun terbaca oleh orang lain, seperti surat undangan pernikahan atau khitanan, surat pertemuan para siswa untuk rekreasi dan sebagainya.
D.    Berdasarkan Keamanan Isinya.

Berdasarkan keamanan isinya, surat dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu :
1)      Surat Sangat Rahasia
Surat-surat yang digunakan untuk surat-surat yang berhubungan dengan keamanan Negara atau surat-surat yang berupa Dokumen Negara, sehingga bila surat ini jatuh ketangan yang tidak berhak maka akan membahayakan masyarakat atau Bangsa dan Negara.
2)      Surat Rahasia
Surat-surat yang isinya harus dirahasiakan, tidak boleh dibaca oleh orang lain, karena bila jatuh ketangan orang yang tidak berhak, akan merugikan perusahaan atau instansi tersebut.
3)      Surat konfidensial
Surat-surat yang termasuk surat rahasia juga, karena isinya tidak boleh diketahui orang lain cukup hanya diketahui oleh pejabat yang bersangkutan, karena kalau jatuh kepada orang yang tidak berhak akan mencemarkan nama baik orang tersebut. Contohnya surat laporan tentang karyawan yang korupsi.
E.     Berdasarkan Proses Penyelesaiannya
Surat berdasarkan proses penyelesaiannya dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu:
1)      Surat Sangat Segera atau Surat Kilat.
Surat yang harus dikirimkan dengan sangat segera atau kilat adalah surat yang harus ditangani secepat mungkin pada kesempatan yang pertama karena surat ini harus segera dikirimkan secepatnya karena penerima harus cepat menanggapi dan menyelesaikannya.
2)      Surat Segera
Surat yang secepatnya diselesaikan tetapi tidak perlu pada kesempatan yang pertama dan segera dikirimkan supaya mendapat tanggapan dan penyelesainya dari pihak penerima.
3)      Surat Biasa
Surat-surat yang tidak perlu tergesa-gesa untuk penyelesaian karena tidak perlu mendapat tanggapan yang secepatnya dari penerima.

F.      Berdasarkan Dinas Pos
Surat berdasarkan pos dapat digolongkan menjadi :
a)      Surat Biasa
            Surat yang menurut penggolongan dinas pos, surat yang dibuat oleh seseorang yang isinya atau sifatnya biasa atau tidak begitu penting, karena pada umumnya surat ini tidak perlu mendapat tanggapan yang secepatnya dari penerima, dengan demikian surat-surat ini penyampaiannya kepada tujuan atau penerima waktunya tidak dipastikan, tetapi biaya yang dikenakan dinas pos, prangkonya cukup murah.

b)      Surat Kilat
Surat-surat yang secepatnya ditangani supaya mendapat tanggapan dan penyelesaian yang secepatnya pula dari penerima. Oleh karena itu surat kilat cara penyampaiannya, ongkos pengirimannya atau prangkonya lebih mahal dari surat biasa.
c)      Surat Kilat Khusus
            Surat-surat yang dibuat seseorang yang isinya sangat penting dan harus segera ditangani supaya mendapat tanggapan dan penyelesaian yang secepatnya dari penerima .
d)     Surat tercatat
Adalah surat yang dibuat oleh seseorang yang isinya sangat penting, sehingga harus segera ditangani dan diselesaikan secepatnya supaya surat tersebut mendapat tanggapan dan penyelesaian secepatnya pula dari pihak penerima, surat inipun hampir sama dengan kilat khusus, cara penyampaiannya oleh dinas pos sangat diutamakan ongkosnya atau prangkonya mahal.

G.    Ciri-Ciri Bahasa Surat
Bahasa surat biasanya memiliki cirri-ciri yaitu jelas isinya, lugas, menarik, dan sopan. Untuk lebih lengkapnya, lihat pembahasan berikut ini:
-          Jelas
Bahasa surat yang jelas maksudnya tidak hanya mudah dimengerti tetapi harus terbebas dari salah tafsir atau rancu, sehingga data-data yang dituangkan dalam surat sesuai dengan sasaran yang diinginkan. Bahasa dalam surat juga harus dapat menjelaskan siapa yang membuat surat itu kepada siapakah surat itu ditujukan. Oleh karena itu, surat harus menggunakan pilihan kata-kata yang cermat, kalimat yang utuh tidak menggantung, dan tanda baca yang benar serta tidak terlalu banyak menggunakan kata-kata atau istilah asing.
-          Lugas
Lugas artinya sederhana, praktis, bersahaja (simple). Jika diterapakn dalam pada penulisan kalimat dalam surat, berate kalimat yang digunakan harus langsung menunjukkan persoalan atau permasalahan yang pokok-pokok saja, tidak bertele-tele serta dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sesuai dengan maksud yang dikehendaki.
Cara yang dapat dilakukan oleh penulis surat agar diperoleh bahasa surat yang lugas adalah sebagai berikut:
-          Menghilangkan unsur-unsur yang tidak diperlukan
-          Menghilangkan basa-basi
-          Menambahkan unsur penjelas yang hilang
-          Menggunakan istilah yang biasa digunakan dalam surat niaga
-          Menempatkan tanda baca yang tepat

-          Menarik dan Sopan
Bahasa yang menarik adalah bahasa yang hidup, lugas, jelas, wajar, enak dibaca, tidak kaku, tidak menggunakan kata-kata yang telah using, dan tidak menggunakan kata makian yang dapat menyinggung perasaan orang lain. Bahasa yang menarik juga menghindari pengulangan kata yang mengakibatkan nada surat menjadi monoton atau membosankan lawan bicara.

Bahasa surat yang sopan maksudnya bahasa yang digunakan sederhana sesuai kaidah bahasa umumnya dan tidak menggunakan bahasa yang berlebihan sserta kata-kata yang merendahkan martabat orang lain.

Cara Penulisan Ilmiah

Karya ilmiah atau tulisan ilmiah adalah karya seorang ilmuan yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang diperolehnya melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian dan pengetahuan orang lain

 Alumni Fakultas Syari’ah INISNU Jepara sebelumnya. Karya ilmiah merupakan pernyataan sikap ilmiah peneliti. Jadi, bukan sekedar pertanggungjawaban peneliti dalam penggunaan sumber daya (uang, alat, bahan) yang digunakan dalam penelitian. Untuk memenuhi standar ilmiah, sebuah karya harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya adalah kriteria metodologis, dalam hal ini karya ilmiah harus disusun dengan menggunakan metodologi ilmiah. Brotowidjojo (1985:8-9) mengemukakan bahwa “karya ilmiah adalah karya ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar”. Dengan demikian, penggunaan metodologi yang benar menjadi salah satu unsur terpenting dalam penyusunan karya ilmiah (Bambang Dwiloka dan Rati Riana, 2005: 1-6).
?Disampaikan dalam Pelatihan Karya Ilmiah yang diselenggarakan oleh BEM Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara pada tanggal 10 April 2011 di Desa Jambu Barat Mlonggo Jepara. *

1.       Jenis Karya Ilmiah

Karya ilmiah mempunyai banyak jenis, tergantung pada penggunaannya. Ada yang berupa skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian (research report), artikel untuk dimuat di majalah ilmiah, jurnal atau makalah untuk diseminarkan.

Dalam tulisan ini, penulis akan lebih banyak mendeskripsikan tentang karya ilmiah jenis makalah. hal ini karena makalah adalah jenis karya ilmiah yang paling banyak dibuat oleh mahasiswa.

Berdasarkan sifat dan jenis penalaran yang digunakan, makalah dibedakan menjadi tiga macam, yaitu makalah deduktif, makalah induktif dan makalah campuran. Makalah deduktif merupakan makalah yang penulisannya didasarkan pada kajian teoritis (pustaka) yang relevan dengan masalah yang dibahas. Makalah induktif adalah makalah yang disusun berdasarkan data empiris yang diperoleh dari lapangan yang relevan dengan masalah yang dibahas. Makalah campuran adalah makalah yang penulisannya didasarkan pada kajian teoretis digabungkan dengan data empiris yang relevan dengan masalah yang dibahas. Dalam pelaksanaannya, jenis makalah pertama merupakan jenis makalah yang paling banyak digunakan (Bambang Dwiloka dan Rati Riana, 2005: 97-98).

2.      Kriteria Ilmiah

M. Nazir, (1988) menjelaskan bahwa karya ilmiah disusun dengan menggunakan metode ilmiah, yaitu cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Adapun kriteria metode ilmiah adalah :

1)       Berdasarkan fakta (bukan kira-kira, khayalan, legenda)
2)      Bebas dari prasangka (tidak subyektif)
3)      Menggunakan prinsip-prinsip analisis (kausalitas & pemecahan masalah berdasarkan analisis yang logis)
4)      Menggunakan hipotesis (sebagai pemandu jalan pikiran menuju pencapaian tujuan)
5)      Menggunakan ukuran obyektif (bukan berdasarkan perasaan)
6)      Menggunakan teknik kuantifikasi (nominal, rangking, rating)


Metode ilmiah juga memiliki beberapa karakteristik, yaitu :

·         Bersifat kritis, analistis, artinya metode menunjukkan adanya proses yang tepat untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan metode untuk pemecahan masalah.
·         Bersifat logis, artinya dapat memberikan argumentasi ilmiah. Kesimpulan yang dibuat secara rasional berdasarkan buktibukti yang tersedia
·         Bersifat obyektif, artinya dapat dicontoh oleh ilmuwan lain dalam studi yang sama dengan kondisi yang sama pula.
·         Bersifat konseptual, artinya proses penelitian dijalankan dengan pengembangan konsep dan teori agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
·         Bersifat empiris, artinya metode yang dipakai didasarkan pada fakta di lapangan.


Sebuah karya tulis ilmiah yang disusun berdasarkan hasil penelitian, metode ilmiah digunakan dengan melalui beberapa tahapan, yaitu:

·         Melakukan observasi, menetapkan masalah dan tujuan
  • Menyusun hipotesis
  • Menyusun rencana penelitian
  • Melaksanakan percobaan berdasarkan metode yang direncanakan
  • Melaksanakan pengamatan dan pengumpulan data
  • Menganalisa dan menginterpretasikan data
  • Merumuskan kesimpulan (teori) dan saran (Nur Khoiri, 2011)

3.      Tahap Penyusunan Karya Ilmiah

Berikut ini akan dijelaskan tentang tahapan penyusunan karya ilmiah menurut Zaenal Arifin (2003) sebagaimana dikutip oleh Bambang Dwiloka dan Rati Riana (2005:9-24). Pada dasarnya, dalam penyusunan karya ilmiah terdapat lima tahap, yaitu :

a)     Persiapan

1)       Pemilihan Topik/Masalah

Topik/Masalah adalah pokok pembicaraan. Dalam memilih topik/masalah, Arifin (2003:8) memberikan beberapa pertimbangan :
·         Topik yang dipilih harus berada di sekitar kita, baik di sekitar pengalaman kita maupun di sekitar pengetahuan kita. Hindarilah topik yang jauh dari kita karena hal itu akan menyulitkan kita ketika menggarapnya.
  • Topik yang dipilih harus topik yang paling menarik perhatian kita.
  • Topik yang dipilih terpusat pada suatu segi lingkup yang sempit dan terbatas. Hindari pokok masalah yang menyeret kita kepada pengumpulan informasi yang beraneka ragam.
  • Topik yang dipilih memiliki data dan fakta yang obyektif. Hindari topik yang bersifat subyektif, seperti kesenangan atau angan-angan kita.
  • Topik yang dipilih harus kita ketahui prinsip-prinsip ilmiahnya, walaupun serba sedikit. Artinya topik yang dipilih itu janganlah terlalu baru bagi kita.
  • Topik yang dipilih harus memiliki sumber acuan, memiliki bahan kepustakaan yang dapat memberikan informasi tentang pokok masalah yang hendak ditulis. Sember kepustakaan dapat berupa buku, majalah, jurnal, surat kabar, brosur, surat keputusan, situs web, atau undang-undang.

2)      Pembatasan Topik dan Penentuan Judul

Jika topik sudah ditentukan dengan pasti sesuai dengan petunjuk-petunjuk, kita tinggal menguji sekali lagi; apakah topik itu betul-betul cukup sempit dan terbatas ataukah masih terlalu umum dan mengambang. Jika sudah dilakukan pembatasan topik, judul karya ilmiah bukanlah hal yang sulit ditentukan karena pada dasarnya langkah-langkah yang ditempuh dalam pembatasan topik sama saja dengan langkah-langkah dalam penentuan judul. Perbedaannya adalah pembatasan topik harus dilakukan sebelum penulisan karya ilmiah, sedangkan penentuan judul dapat dilakukan sebelum atau sesudah penulisan karya ilmiah. Jika sudah ada topik yang terbatas, karya ilmiah sudah dapat mulai digarap walaupun judul belum ada.

Selain dengan pembatasan topik, penentuan judul karya ilmiah dapat pula ditempuh dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan masalah apa, mengapa, bagaimana, di mana dan kapan. Tentu saja, tidak semua pertanyaan itu harus dijawab pada penentuan judul. Dalam sebuah judul, adakalanya dibatasi dengan memberi sub judul. Sub judul selain berfungsi membatasi judul juga berfungsi sebagai penjelas atau keterangan judul utama. Dalam hal seperti itu, antara judul utama dan sub judul harus dibubuhan tanda baca titik dua (:).

3)      Pembuatan Kerangka Penulisan (outline)

Pada prinsipnya, penyusunan kerangka karangan karya adalah proses penggolongan dan penataan berbagai fakta, yang kadang-kadang berbeda jenis dan sifatnya, menjadi kesatuan yang berpautan. Penyusun karya ilmiah dapat membuat ragaan buram, yakni ragaan yang hanya memuat pokok-pokok gagasan sebagai pecahan dari topik yang sudah dibatasi, atau dapat juga membuat ragaan kerja, yaitu ragaan yang sudah merupakan perluasan atau penjabaran dari ragaan buram. Tentu saja, jenis kedua memudahkan penyusunan untu mengembangkan karya (Moeliono, 1998:1; Arifin, 2003:15).

Penulis karya ilmiah harus menentukan dahulu judul-judul bab dan judul subbab sebelum menentukan kerangka karya. Judul bab dan judul subbab itu merupakan pecahan masalah dari judul karya ilmiah yang ditentukan. Jika ragaan telah selesai dibuat, langkah berikutnya adalah pembuatan rencana daftar isi karya ilmiah. Kita perlu membuat rencana daftar isi yang lengkap, pada bagian awal dilengkapi dengan tajuk prakata, daftar isi, daftar table (jika ada), daftar gambar (jika ada), daftar lampiran (jika ada). Bab Pedahuluan/Bab I terdiri atas latar belakang masalah, identifikasi masalah, cakupan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian. Kemudian dalam bagian terakhir daftar isi dicantumkan tajuk bab simpulan dan saran, daftar pustaka dan lampiran (jika ada).

Pada dasarnya, penulis karya ilmiah mempunyai hak prerogatif untuk menyusun daftar isinya sendiri. Akan tetapi, paling sedikit sebuah karya ilmiah berisi tiga bab, yaitu pendahuluan, isi atau analisis, dan penutup. Jika isi atau analisis itu agak luas, kita dapat memecah isu itu menjadi dua atau lebih bab sehingga kaya ilmiah menjadi empat bab atau lebih.

b)      Pengumpulan Data

Dalam diskursus ilmu penelitian, data dapat dikumpulkan melalui pengamatan (observasi), wawancara atau eksperimen (percobaan). Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam pengumpulan data adalah :
a.       Pencarian informasi/keterangan dari bahan bacaan, seperti buku, surat kabar dan majalah yang relevan dengan topik tulisan.
  1. Pengumpulan keterangan dari pihak-pihak yang mengetahui masalah yang akan ditulis
  2. Pengamatan langsung ke obyek yang akan diteliti
  3. Percobaan dan pengujian di lapangan atau di laboratorium

c)       Pengorganisasian dan Pengonsepan

Jika data sudah terkumpul, penyusun menyeleksi dan mengorganisasi data tersebut. Penyusun harus menggolongkan data menurut jenis, sifat atau bentuk. Penyusun menentukan data mana yang akan dibicarakan kemudian. Jadi, penyusun harus mengolah dan menganalisis data yang ada dengan teknik-teknik yang ditentukan. Misalnya, jika penelitian bersifat kuantitatif, data diolah dan dianalisis dengan teknik statistic. Selanjutnya, penyusun dapat mulai mengonsep karya ilmiah itu dengan urutan dalam ragaan yang ditetapkan.

d)      Penentuan Konsep

Sebelum mengetik konsep, penyusun terlebih dahulu memeriksanya. Tentu ada bagian yang tumpang tindih atau ada penjelasan yang berulang-ulang. Buanglah penjelasan yang tidak perlu dan tambahkan penjelasan yang dirasakan sangat menunjang pembahasan. Secara ringkas, pemeriksaan konsep mencakup pemeriksaan isi karya dan cara penyajian karya, termasuk penyuntingan bahasa yang digunakan.

e)      Cara Pengetikan

Dalam mengetik naskah, penyusun hendaklah memperhatikan segi kerapian dan kebersihan. Penyusun memperlihatkan tata letak unsur-unsur dalam karya ilmiah. Misalnya penyusun menata unsur-unsur yang tercantum dalam kulit luar, unsur-unsur dalam halaman judul, unsur-unsur dalam daftar isi, dan unsur-unsur dalam daftar pustaka.

4.      Sistematika Karya Ilmiah

Dari segi jumlah halaman, dapat dibedakan antara makalah panjang dan makalah pendek. Makalah panjang adalah makalah yang jumlah halamannya lebih dari 20 halaman. Secara garis besar, makalah panjang terdiri dari atas tiga bagian; yaitu bagian awal, bagian inti dan bagian akhir.

Bagian Awal
·         Halaman Sampul
  • Daftar Isi
  • Daftar Tabel dan Gambar (jika ada)

Bagian Inti

·         Pendahuluan
  • Latar Belakang Penulisan Makalah
  • Masalah atau Topik Bahasan
  • Tujuan Penulisan Makalah
  • Teks Utama
  • Penutup

Bagian Akhir
·         Daftar Rujukan
  • Lampiran (jika ada)

Setiap bagian dari sistematika di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

Halaman Sampul

1.       Judul harus mencerminkan isi makalah atau mencerminkan topik yang diangkat.
2.      Judul sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frasa atau klausa, bukan dalam bentuk kalimat. Itulah sebabnya judul makalah tidak diakhiri dengan tanda titik (.).
3.      Judul makalah hendaknya singkat dan jelas, sebaiknya berkisar 5-15 buah kata.
4.      Judul hendaknya menarik perhatian pembaca untuk mengetahui isinya. Namun, judul makalah harus tetap mencerinkan isi makalah.


Daftar Isi

Daftar isi dipandang perlu jika panjang makalah lebih dari 20 halaman. Penulisan daftar isi dilakukan dengan ketentuan (1) judul bagian makalah ditulis dengan menggunakan huruf kecil (kecuali awal kata selain kata tugas), (2) penulisan judul bagian dan judul subbagian dilengkapi dengan nomor halaman tempat pemuatannya dalam makalah, dan (3) penulisan daftar isi dilakukan dengan menggunakan spasi tunggal dengan antarbagian dua spasi.

Daftar Tabel dan Gambar

Identitas tabel dan gambar (yang berupa nomor dan nama) dituliskan secara lengap. Jika tabel dan gambar lebih dari satu buah, sebaiknya penulisan daftar tabel dan gambar dilakukan terpisah, tetapi jika hanya terdapat sebuah tabel atau gambar, sebaiknya daftar tabel atau gambar disatukan dengan daftar isi makalah.

Bagian Inti

Ada tiga macam cara penulisan yang dapat dipakai dalam susunan bagian inti, yaitu :

1.       Penulisan dengan menggunakan angka (Romawi dan atau Arab),
2.      Penulisan dengan menggunakan angka yang dikombinasikan dengan abjad, dan
3.      Penulisan tanpa menggunakan angka maupun abjad

Pendahuluan

Penulisan bagian pendahuluan dapat dilakukan dengan cara seperti berikut :

1.       Setiap unsur bagian pendahuluan ditonjolkan dan disajikan sebagai subbagian.
2.      Semua unsur yang terdapat dalam bagian pendahuluan tidak dituliskan sebagai subbagian, sehingga tidak dijumpai adanya subbagian dalam bagian pendahuluan. Untuk menandai pergantian unsur, dapat dilakukan dengan pergantian paragraf.

Latar Belakang

Butir-butir yang seyogyanya ada dalam latar belakang adalah hal-hal yang melandasi perlunya ditulis makalah. hal-hal dimaksud dapat berupa paparan teoretis atau pun paparan yang bersifat praktis, tetapi juga bukan alasan yang bersifat pribadi. Yang pokok, bagian ini harus dapat mengantarkan pembaca pada masalah atau topik yang dibahas dalam makalah dan menunjukkan bahwa masalah atau topik tersebut memang perlu dibahas.

Masalah
 atau Topik Bahasan

Masalah atau topik bahasan tidak terbatas pada persoalan yang memerlukan pemecahan, tetapi juga mencakupi persoalan yang memerlukan penjelasan, deskripsi atau penegasan lebih lanjut. Beberapa pertimbangan dalam menentukan topik adalah :
Ø  Topik yang dipilih haruslah ada manfaatnya, baik dari segi praktis maupun segi teoritis dan layak untuk dibahas.
Ø  Topik yang dipilih hendaknya menarik dan sesuai dengan minat penulis.
Ø  Topik yang dipilih haruslah dikuasai, dalam arti tidak terlalu asing atau terlalu baru bagi penulis.
Ø  Bahan yang diperlukan sehubungan dengan topik tersebut memungkinkan untuk diperoleh

Tujuan Penulisan Makalah

Makalah dimaksudkan bukan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh seseorang dan yang sejenis dengan itu, tetapi lebih mengarah pada apa yang ingin dicapai dengan penulisan makalah tersebut.

Teks Utama

Bagian teks utama makalah berisi pembahasan topik-topik makalah. Isi bagian teks utama sangat bervariasi, tergantung topik yang dibahas dalam makalah. Jika dalam makalah dibahas tiga topik, ada tiga pembahasan dalam bagian teks utama.

Penulisan teks utama makalah dapat dilakukan setelah bahan penulisan makalah berhasil dikumpulkan. Bahan penulisan dapat berupa bahan yang bersifat teoritis (yang diperoleh dari buku teks, laporan penelitian, jurnal, majalah dan barang cetak lainnya) atau dapat juga dipadukan dengan bahan yang bersifat factual-empiris (yang terdapat dalam kehidupan nyata).

Penutup

Bagian penutup berisi simpulan atau rangkuman pembahasan dan saran (jika dipandang perlu). Bagian ini menandakan berakhirnya makalah. Penulisan bagian penutup dapat dilakukan dengan menggunakan teknik berikut.
Ø  Penegasan kembali atau ringkasan dari pembahasan yang telah dilakukan, tanpa diikuti dengan simpulan. Hal ini dilakukan karena masih belum cukup bahan untuk memberikan simpulan terhadap masalah yang dibahas, atau dimaksudkan agar pembaca menarik kesimpulan sendiri.
Ø  Menarik simpulan dari apa yang telah dibahas pada teks utama makalah.
Ø  Selain itu, pada bagian ini juga dapat disertakan saran atau rekomendari sehubungan dengan masalah yang dibahas. Saran harus relevan dengan apa yang telah dibahas. Saran yang dibuat haris eksplisit, kepada siapa saran ditujukan dan tindakan atau hal apa yang disarankan.



Daftar Rujukan

Teknik penulisan daftar rujukan dibahas dalam materi teknik notasi ilmiah dalam makalah ini.

Lampiran

Bagian ini berisi hal-hal yang bersifat pelengkap yang dimanfaatkan dalam proses penulisan makalah. Bagian ini hendaknya juga bernomor halaman.

5.       Teknik Penulisan

Materi tentang teknik penulisan karya ilmiah dalam tulisan ini mengacu pada pedoman penulisan skripsi bagi mahasiswa S.1 INISNU Jepara tahun 2007. Beberapa hal yang perlu dipahami tentang teknik penulisan adalah sebagai berikut :
Ø  Penulisan karya ilmiah menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar mengacu pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan; dan jika di pandang mampu maka dapat menggunakan Bahasa Arab dan atau Bahasa Inggris
Ø  Informasi disajikan dengan bahasa yang lugas, sederhana, tepat dan langsung pada persoalan yang dibicarakan;
Ø  Penulisan istilah yang berasal dari bahasa asing dan daerah, dengan huruf miring (italic), seperti kata istinbath al-ahkam (istinbâth al-ahkâm), drop out (drop out), gugur gunung (gugur gunung);

6.      Bentuk dan Format Penulisan

Berdasarkan pengalaman penulis, setiap literatur memberikan ketentuan yang berdeda-beda tentang bentuk dan format penulisan karya ilmiah, tergantung pada siapa atau instansi apa yang menerbitkan ketentuan tersebut. Namun, secara umum bentuk dan format penulisan karya ilmiah adalah sebagai berikut :
Ø  Naskah diketik dengan jenis huruf standard (Times New Roman) dengan ukuran/font 12 dan line spacing 1,5;
Ø  Karya ilmiah berbahasa Arab menggunakan font Traditional Arabic dengan huruf ukuran 18;
Ø  Kertas yang dipergunakan untuk penulisan karya ilmiah adalah Kuarto (A4) ukuran 21 x 29,7 cm berat 70 – 80 gsm;
Ø  Batas margin kiri dan atas 4 cm, kanan dan bawah 3 cm, sedangkan untuk karya ilmiah yang ditulis dengan Bahasa Arab maka margin kanan dan atas 4 cm, kiri dan bawah 3 cm;
Ø  Setiap satu lembar kertas kuarto hanya digunakan satu halaman saja (tidak bolak balik) diketik dengan spasi ganda, sedangkan karya ilmiah berbahasa Arab dengan jarak 1 spasi;
Ø  Alinea baru dimulai pada ketukan ketujuh dari margin kiri bagi karya ilmiah yang berhuruf latin atau dari margin kanan bagi skripsi yang berhuruf Arab;
Ø  Judul karya ilmiah ditulis dengan huruf kapital (besar) di tengah, ukuran huruf dengan memperhatikan estetika penulisan.
Ø  Judul bab ditulis dengan huruf kapital (besar) di tengah, sub judul bab ditulis dari tepi kiri, awal kata menggunakan huruf kapital, demikian juga anak sub judul atau sub anak judul disusun sedemikian rupa dengan memperhatikan estetika penulisan;
Ø  Penomoran halaman dimulai dari Bab I sampai akhir halaman menggunakan angka arab (1, 2, 3, 5, 6 dst.) diletakkan di sebelah kanan atas, kecuali nomor halaman bab baru yang diletakkan di tengah bagian bawah, sub judul ditulis dari tepi kiri, awal kata menggunakan huruf kapital kecuali kata penghubung/sambung, demikian juga anak sub judul atau sub anak judul disusun sedemikian rupa dengan memperhatikan estetika penulisan, sedangkan pada halaman judul sampai halaman daftar isi menggunakan huruf Romawi kecil (seperti i, ii, iii, iv, v, dst.) yang diletakkan di tengah bagian bawah;
Ø  Penomoran tabel atau gambar diberi nomor urut dengan angka arab (Tabel 1., Tabel 2., dst.);
Ø  Nomor kutipan atau catatan kaki pada masing-masing bab ditulis berturut-turut sampai akhir bab dan dimulai kembali dengan nomor satu pada bab berikutnya;
Ø  Abstrak skripsi diketik 1 spasi maksimal 2 halaman, ditulis dalam Bahasa Indonesia.

7.      Teknik Notasi Ilmiah.

a.       Kutipan
Kutipan terdiri dari dua macam, yaitu : [1] Kutipan Langsung adalah kutipan yang sama dengan bentuk asli yang dikutip baik dalam susunan kata maupun tanda bacanya. Kutipan langsung tidak dibenarkan lebih dari satu halaman. Kutipan langsung dipergunakan hanya untuk hal-hal yang penting saja seperti definisi atau pendapat seseorang yang khas. Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris, diketik biasa dalam teks skripsi dengan diawali dan diakhiri oleh tanda petik(“) dan diberi nomor kutipan yaitu dengan pola catatan kaki (footnote). Ini dimaksudkan jika diperlukan notasi dapat lebih leluasa dan memudahkan pembaca. Kutipan yang lebih dari empat baris, diketik dengan masuk (menjorok) tujuh ketukan dan tidak dibubuhkan tanda petik, serta ditulis dengan jarak 1 spasi. Kutipan terjemah al-Qur’an dianggap seperti kutipan langsung, diketik 1 spasi meskipun kurang dari empat baris, tidak ditulis miring dan tidak menyebut kata Artinya; [2] Kutipan tak langsung (parafrase) adalah kutipan yang hanya mengambil isinya saja, seperti saduran, atau ringkasan. Dalam kutipan semacam ini, penulis tidak perlu memberi tanda petik, ditulis seperti teks biasa dengan menyebut sumber pengambilannya;

a)      Sumber kutipan merujuk pada ilmuwan yang ahli dalam bidangnya;
b)      Kutipan dalam karya ilmiah diantaranya harus mencakup minimal satu sumber/buku yang berbahasa Arab dan satu sumber/buku berbahasa Inggris yang terkait dengan pokok bahasan, tidak termasuk kamus;
c)       Kutipan Tafsir dan Hadist harus bersumber pada kitab asli (sumber primer).
d)      Kutipan dapat bersumber dari internet atau CD dengan mencantumkan situs dan menunjukkan print-outnya.

b.      Catatan Kaki (footnote)
Ø  Catatan kaki merupakan catatan pada bagian kaki halaman teks yang menyatakan sumber sesuatu kutipan atau pendapat mengenai sesuatu hal yang diuraikan dalam teks;
Ø  Catatan kaki dapat berfungsi sebagai tambahan yang berisi komentar atau penjelasan yang dianggap tidak dapat dimasukkan di dalam teks;
Ø  Catatan kaki diketik satu spasi dan dimulai langsung dari margin kiri untuk tulisan latin dan margin kanan untuk tulisan Arab, dimulai pada ketukan kelima di bawah garis catatan kaki;
Ø  Catatan kaki pada tiap bab diberi nomor urut mulai dari angka 1 sampai habis, dan diganti dengan nomor 1 kembali pada bab baru;
Ø  Cara penulisannya secara berurutan: nama pengarang (tanpa gelar dan tidak dibalik), koma, judul sumber/buku dengan huruf kapital setiap awal kata kecuali kata tugas, koma, jilid/juz, koma, kurung buka kemudian tempat/kota penerbit, titik dua, nama penerbit, koma, tahun terbit kemudian kurung tutup, koma, nomor cetakan, koma, dan nomor halaman diakhiri dengan titik.

c.       Daftar Kepustakaan
·         Daftar pustaka, yang merupakan keterangan mengenai bahan bacaan yang dijadikan rujukan dalam proses pembuatan skripsi, ditempatkan diakhir skripsi dengan jarak satu (1) spasi dan tidak menggunakan nomor urut. Sedangkan jarak antara dua sumber pustaka satu setengah (1,5) spasi;
·         Daftar pustaka ditulis dengan urutan: nama pengarang (nama kedua), koma, nama lengkap (tanpa gelar), koma, judul buku dicetak miring (italic), koma, jilid atau volume, koma, tempat penerbitan, titik dua, nama penerbit, koma, tahun penerbitan, koma, nomor cetakan;
·         Penulisan nama pengarang disusun secara alfabetik dengan mendahulukan nama keluarga dan marga (kalau ada) atau nama belakang, dan diketik pada ketukan pertama. Untuk singkatan mengikuti nama terakhir. Bila informasi tentang buku/sumber rujukan itu melebihi satu baris, maka baris kedua dan berikutnya diketik mulai ketukan kelima

Sumber :

·         www.artikelkomplit.com